Fenomena Keretakan Veneer
Keretakan pada veneer muka merupakan fenomena yang lazim di industri kayu lapis sejak dahulu. Pada dasarnya, hal ini disebabkan oleh hilangnya kelembaban pada veneer muka mengakibatkan penyusutan pada komponen ini. Karena ukuran veneer berubah, maka terjadi stress antara veneer dan panel inti. Panel inti mempertahankan diri agar tetap stabil dengan menahan pergerakan veneer muka. Saat gaya gerak ini mencapai titik yang melebihi tegangan struktur veneer, maka serat veneer akan putus. Kejadian inilah yang nampak pada permukaan sebagai "retak (check)" atau "belah (split)". Keretakan ini secara alami mengikuti area yang lemah, seperti retak bubut, serat dan sayatan didalam veneer.
Kondisi ini biasanya terjadi selama periode kelembaban rendah seperti di bulan-bulan pada musim dingin. Furniture cenderung mengering dan kehilangan kelembaban. Semakin besar hilangnya kelembaban, semakin besar penyusutan dan tegangan yang dihasilkan.
Keretakan serius veneer sebenarnya dapat dikurangi dan dalam beberapa hal bahkan bisa dihilangkan, dengan mengendalikan teknik manufaktur selama produksi panel. Pengkondisian panel sebelum dilanjutkan ke proses berikutnya tidak boleh dianggap remeh dan kepedulian harus terus dilatih selama proses produksi.
Faktor-faktor yang lebih penting yang mempengaruhi tingkat keretakan veneer adalah spesies, jenis, ketebalan dan kelembaban, serta jenis bahan panel inti dan metode konstruksi seperti jumlah lapisan, lem, kelembaban dan penyebarannya, waktu perakitan dan kondisi pengepresan. Peran masing-masing variabel ini mesti diperhitungkan karena hubungannya dengan keretakan veneer.
Tipe dan Spesies Veneer
Secara umum spesies yang sangat berpori atau "ring porous" seperti Walnut (Juglans), Mindi (Melia azedarach) dan Oak (Quercus) sangat rentan terhadap keretakan. Hal ini juga berlaku terhadap kayu yang memiliki tingkat figur tinggi dengan veneer yang sama seperti crotch, burl, swirl, curly, serat liar, dsb. Kerapatan veneer juga bisa merupakan faktor penyebab keretakan, semakin rendah semakin rentan.
Kelembaban, Ketebalan dan Kualitas Veneer
Menjaga kelembaban veneer pada saat pembuatan panel ini sangat penting dan bisa menjadi faktor penentu apakah akan terjadi keretakan atau tidak. Jika kelembaban kayu 4-5%, maka tidak banyak masalah yang timbul. Jika kelembaban veneer mencapai tingkat lebih dari 8%, maka keretakan serius dapat terjadi.
Ketika veneer dibuat dengan pemotongan rotary cut, maka terdapat dua sisi: sisi cembung (ketat) dan cekung (kendur), sisi cekung akan terjadi patahan-patahan atau belahan-belahan yang dikenal dengan "lathe check" (retak bubut). Keretakan veneer ini akan semakin parah untuk ketebalan lebih dari 3,0 mm. Hal ini mudah dimengerti karena veneer tebal kelenturannya lebih kecil dan akan mengakibatkan keretakan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan yang ketebalannya 0,6 mm misalnya.
Aturlah posisi laminasi veneer rotary cut dengan sisi ketat berada dibagian luar agar memperoleh hasil yang baik. Memastikan hanya veneer yang bermutu yang dipakai adalah sangat penting, karena veneer yang cacat akan memperbesar kemungkinan keretakan akibat adanya bagian yang cacat/lemah tadi.
Material Panel Inti
Ada 4 bahan yang biasa digunakan sebagai panel inti: kayu solid dengan finger joint, kayu lapis (plywood), Medium Density Fiberboard (MDF) dan papan partikel (particle board).
Adapun keretakan permukaan veneer secara berurutan mulai dari yang paling sedikit ke yang paling banyak adalah panel dengan inti: kayu solid - plywood - MDF - particle board. Oleh karena itu panel veneer dengan inti kayu solid lebih sedikit retak permukaan veneernya dari pada plywood, dst. Hal ini berarti stress pada permukaan veneer akan semakin besar, kecuali bila kelembaban selama proses manufaktur benar-benar terkendali. Kelembaban panel inti yang paling baik adalah antara 4-6%.
Konstruksi Panel
Ada 2 tipe panel laminasi veneer yang lazim pada furniture, yaitu konstruksi 3 lapis dan konstruksi 5 lapis. Karena konstruksi 3 lapis tidak umum dipakai pada panel dengan inti kayu solid yang kerap menyebabkan terjadinya telegraf, maka pembahasan ini dibatasi hanya pada panel dengan inti plywood, MDF dan particle board saja.
Secara umum konstruksi 3 lapis lebih rentan terhadap keretakan veneer dari pada konstruksi 5 lapis. Hal ini disebabkan aksi dari cross band yang secara relatif menetralisir stress saat veneer muka mengering. Pengepresan dingin (cold press) akan berakibat keretakan veneer yang lebih besar dari pada pengepresan panas (hot press). Pada proses pengepresan panas lebih banyak menghilangkan kelembaban veneer. Konsekuensinya, kelembaban veneer yang lebih tinggi masih bisa ditoleransi. Dengan kata lain, akan lebih banyak sisa kelembaban pada panel dengan pengepresan dingin, yang menyebabkan penyusutannya pun lebih besar.
Untuk amannya, asumsikan kelembaban veneer maksimal 8% untuk konstruksi 3 lapis dan 10% untuk konstruksi 5 lapis. Sedangkan untuk pengepresan dingin, batas maksimum kelembaban veneer adalah 6%.
Pengeleman Veneer
Waktu pengeleman panel sangat penting untuk dikendalikan, karena pada proses pengeleman sebenarnya meningkatkan kelembaban veneer. Penyebaran (
spread) lem untuk hot press tidak lebih dari 30-35 lb/ms.f.g.l dan untuk cold press tidak lebih dari 40-45 lb/ms.f.g.l. Untuk mencegah penetrasi lem yang berlebihan ke veneer muka atau kenaikan kelembaban panel inti yang berlebihan, maka waktu asembling veneer ke panel inti dilakukan secepat mungkin. Hal ini juga untuk mencegah veneer muka membengkak sebelum dilakukan pengepresan.
Pengkondisian Panel Inti
Segera setelah proses pengepresan, panel harus dikondisikan pada kesetimbangan kelembaban (EMC) kira-kira 6%. Jika terjadi kelembaban yang berlebihan, maka pengkondisian panas mungkin diperlukan. Disisi lain, jika panel yang terlalu kering maka perlu dilembabkan (
dehumidification). Semua benda kerja harus disimpan didalam ruang khusus yang dikendalikan suhu dan kelembabannya, hingga dilakukan proses selanjutnya seperti amplas dan finishing.
Kesimpulan
Untuk meminimalisir keretakan permukaan veneer pada panel furniture, teknik tertentu harus dikendalikan sedekat mungkin. Pertimbangkanlah spesies veneer, ketebalannya, kadar kelembabannya, mutu dan tipenya yang kemudian tertuang dalam prosedur kunci proses produksi, yang bila diikuti dengan benar akan menurunkan angka keretakan veneer.
Good Luck! :-)